Tulisan ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang ditujukan untuk menjelaskan representasi gramatikal metafora hati atau jantung dalam bahasa Indonesia. Penulis mencoba untuk menemukan ciri-ciri representasi gramatikal yang dimaksud. Dalam representasi gramatikal, analisis metafora ditampilkan dalam bentuk transitivitas.
Sebuah wacana berdiri sebagai sebuah karangan yang utuh dan bersistem apabila mempunyai sarana koherensi yang utuh. Penelitia ini mengkaji penggunaan kohesi gramatikal dalam naskah pidato Susilo Bambnag Yudhoyono (SBY). Dengan melihat penggunaan kohesi dalam naskah tersebut dapat dilihat sikap seorang pembicara dalam menyampaikan isi pidatonya.
Bahasa alamiah bersifat dinamis. Bahasa akan berkembang sesui dengan perkembangan sosiokultural penuturnya. Bahasa akan hidup sepanjang diperlukan penuturnya, yakni berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Tulisan ini menganalisis hubungan bahasa dan kuasa dalam teks pidato politik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dibacakan saat pendeklarasian SBY-Boediono sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden Repoblik Indonesia periode 2009-2014.
Penolakan yang merupakan reaksi negatif ter hadap suatu ajakan, permintaan atau tawaran memiliki bentuk bahasa tertentu sesuai dengan berbagai faktor sosial yang berpengaruh. Dalam hal menolak, penutur dihadapkan pada sebuah pilihan sulit.