Text
Evaluasi protein pakan Ruminansia melalui pendekatan sintesis protein Mikrobal di dalam Rumen: evaluasi kandungan RDP dan UDP pada beberapa jenis hijauan segar, limbah pertanina dan konsentrat
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi protein yang terkandung pada beberapa bahan pakan hijau dan konsentrat yang umum diberikan pada ternak ruminansia dan untuk mengetahui daya guna protein pakan secara biologis sesuai dengan kondisi fisiologis salura pencernaan ternak ruminansia.rn Penelitian ini menggunakan 2 ekor ternak sapi PFH jantan yang berfistula rumen. sebagai materi dalam penelitian ini adalah hijauan segar ( rumput gajah, rumput lapangan, Gliricidia, Kaliandra), limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung), dan konsentrat (Bekatul, Pollard, Bungkil, Biji kapuk, dan Tepung Ikan). Penentuan kandungan Rumen Degradable Protein (RDP) dan Undegradable Protein (UDP) dalam bahan pakan ditentukan dengan menggunakan teknik kantong nilon (degradasi In-sacco) sesuai petunjuk Sampath et.al., (1993) dan wali et.al.,(1993). RDP ditentukan dengan menginkubasikan sampel kedalam rumen selama 24 jam. Sedangkan UDP ditentukan dengan jalan menginkubasikan residu RDP dengan HCL-pepsin yang dilanjutkan dengan tripsin selama 48 jam untuk menetukan kandungan DUP atau Digestible UDP (IDP= Intentine Digestible Protein). hasil menentukan IDP dengan metode diatas dibandingkan dengan metode ADF-N, yaitu merendamkan material UDP dalam larutan ADF (Goering dan Van Soest, 1970).rn Hasil kecernaan in-vitro kelompok hijauan menunjukkan nilai kecernaan sejalan dengan kandungan protein kecuali Kaliandra. Kaliandra mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dari rumput tetapi kecernaannya jauh dibawah rumput. Pada kelompok limbah pertanian, kandungan protein maupun kecernaan Bekatul lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang banyak dipublikasikan. Bungkil biji kapok yang mempunyai kandungan protein tinggi (31,2%) ternyata kecernaan BO nya rendah (46,1%; hal ini menunjukan bahwa bahan pakan ini tidak dapat diberikan dalam jumlah yang banyak. Pada Tepung ikan asal silase maupun steam yang kandungan proteinnya di atas 60%, ternyata hampir semua bahan organiknya dapat dicerna. Hasil penelitian degradasi in-sacco menunjukkan bahwa sebagian besar bahan pakan yang digunakan mempunyai fraksi protein yang larut dalam air (nilai a) diatas 50%, kecuali Gliricidia, Jerami apdi dan Tepung Ikan steam. Gliricidia meskipun mempunyai nilai a rendah tapi mempunyai fraksi protein yang potensi untuk tergradasi dalam rumen (nilai b) tinggi disertai dengan laju degradasi yang mempunyai 4,7%/jam, sehingga bahan ini cukup potensial untuk digunakan sebagai pemasok protein dalam rumen secara kontinyu. Fraksi protein yang larut dalam air pada Tepung ikan hasil silase dengan bahan kimia asam sangat tinggi, sehingga untuk digunakan sebagai pakan ternak ruminansia perlu dipertimbangkan.rn Senua bahan pakan yang diteliti mempunyai kandungan RDP yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi lain, kecuali Kaliandra dan Tepung ikan steam. Hal ini memberikan implikasi bahwa semua bahan pakan yang diteliti memberikan kontribusi terhadap pasokan N mikroba. Pollard dan bungkil biji kapuk menpunyai fraksi protein yang mudag tergradasi didalam rumen sekitar 90%, namun demikian kedua bahan ini mempunyai perbedaan dalam kecernaan BO (Pollard sekitar 78% dan Bungkil biji kapok sekitar 46%), sehingga hal ini menunjukkan bahwa pasokan NH3 yang terbentuk tidak disertai dengan energi yang cukup. Di antara dua metode yang digunakan untuk mengistemasi fraksi IDP dan fraksi UDP, ternyata dengan metode ezimatis lebih akurat untuk mendeteksi fraksi protein yang terikat dalam dinding sel tanaman. Walaupun terlihat bahwa penetuan IDP menggunakan metode enzimatis lebih tinggi dibandingkan ADF-N namun hasil masih perlu diuji lebih lanjut secara biologis melalui pendekatan sintesis protein mikroba rumen dan produksi ternak agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain