Text
Percepatan pemulihan kesehatan lahan untuk meningkatkan produktivitas tanah dan membangun kemandirian pangan di Indonesia
Berdasarkan data terakhir dari Departemen Kehutanan Republik Indonesia, kritisrnlahan pada tahun 2000 telah mencapai hingga 23,2 juta hektar (8,1 juta ha di hutanrndaerah dan 15,1 juta di luar kawasan hutan), sedangkan pada tahun 2006, telah meningkatrnnaik tajam menjadi 77,8 juta hektar. Prioritas rehabilitasi pada sangat kritisrndan lahan kritis, yaitu sekitar 30.200.000 ha. Di sisi lain,rnrehabilitasi melalui gerakan rehabilitasi lahan (GNRHL saya Gerhan) berlangsungrnhanya pada 500.000 menjadi 700.000 ha per tahun, tidak mampu mengejar ketinggalan denganrnlaju degradasi yang relatif tinggi sekitar 1,08 untuk /, 5 juta ha per tahun.rnSelanjutnya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sumberdaya Lahan dirnDepartemen Pertanian Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki potensi lahanrnsumber daya dari sekitar 188.200.000 hektar yang terdiri dari 148 juta ha lahan keringrn(Tanah masam adalah sekitar 102.800.000 ha lahan kering dan tidak tanah masam adalah tentang 45,3rnjuta ha) dan 40,2 juta ha lahan basah (tanah sawah sekitar 7,9 juta ha).rnDari total lahan masam 102.800.000 ha, itu hanya sekitar 55.800.000 yangrnmemenuhi syarat untuk produksi makanan pokok dan perkebunan, sedangkan sisanya sekitar 47 jutarntidak dapat dibudidayakan (tanah dengan kemiringan> 40%, solum dangkal, kesuburan rendah, batu, danrnorang lain). Ini potensi sumber daya lahan tidak dapat digunakan secara optimal untuk mendukung tanamanrnPertumbuhan yang berkaitan dengan masalah kesehatan tanah. Penilaian dapat dilakukan olehrnhanya menggunakan 2 indikator kesehatan tanah mis keasaman tanah (pH tanah) dan bahan organikrnkonten. Bahkan, sebagian besar tanah atau sawah lahan kering di Indonesia yang dikategorikan sebagairnTanah yang sakit" Akibatnya tingkat produktivitas tanah di Indonesia sangat rendah danrncenderung terus menurun atau stagnan
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain