Text
Pengaruh ketebalan kulit bumi pada amplitudo gelombang P
Dalam penelitian ini telah diperbandingkan seismogram observasi dengan seismogram sintetiknya dari sebuahrngempa bumi dalam komponen ruang 3 dimensi. Data seismogram berasal dari gempa yang terjadi di Ujung UtararnKepulauan Kuril, pada tanggal 5 Desember 1997. Sedangkan stasiun observasi terletak di SFJ, Sondre Stromf)ord,rnGreenland. Data seismogram didouwload dari IRIS. Seismogram sintetik dihitung dengan program GEMINI, yangrninputnya berupa model bumi yang simetris radial dan isotrop transversal, dan solusi CMT gempa. Solusi C1ITrndari gempa merupakan penggambaran atas proses dinamik di hiposenter gempa. Model bumi diambil dua modelrnyang sering diacu oleh para seismologis, yaitu IASPEI91 dan PREMAN. Data seismogram riil dan sintetikrndiperbandingkan dalam domain waktu, setelah sebelumnya dikenakan filter lolos rendah pada 32 mHz. Pada jarakrnepisentral 530, gelombang P menjalar hingga kedalaman di daerah mantel bawah, lintasan gelombang dalamrnlapisan kulit bumi mempunyai porsi kecil dari keseluruhan panjang rambatan. Pada perbandingan seismogramrndijumpai diskrepansi yang kuat pada amplitudo gelombang. Model bumi PRE1L-N mengandaikan ketebalan kulitrnbumi adalah 25 km, sedangkan IASPEI91 40 km. Perioda dominan pada frekuensi Nyquist ini adalah 33 detik,rnsehingga panjang gelombangnya sekitar 100 km. Namun terlihat bahwa perbedaan ketebalan kulit bumi sebesarrn15 km memberikan pengaruh yang sangat kuat pada amplitudo. Diskrepansi yang kuat ini menunjukkanrnkekuranglengkapan pada model struktur bumi elastik yang telah dipublikasikan, demikian juga dengan parameterrngempa dalam solusi C1IT.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain