Text
Gelandan pengemis dan anak jalanan dari perspektif sosial budaya
Kajian mengenai gelandangan pengemis (gepeng) dan anak jalanan (anjal) dimaksudkan mengurai permasalahan dalam perspektif sosial dan budaya. Penanganan yang selama ini dilakukan pemerintah maupun pihak swasta antara lain pelayanan dalam panti untuk gepeng dan rumah singgah untuk anjal. Masih berkeliarannya gepeng dan anjal hingga saat ini menunjukkan perlunya pemerintah mengatasi permasalahan tersebut dan aspek sosial dan kultural (budaya). Dan perspektif sosial, gepeng dan anjal adalah bagian dan masyarakat yang terikat struktur sosial di mana mereka berada. Keberadaan gepeng dan anjal di perkotaan diasosiasikan sebagai permasalahan yang identik dengan kekotoran, bahkan penipuan atau pencurian. Sebagai bagian dan struktur sosial pemerintahan kota, gepeng dan anjal seyogyanya dipandang sebagai lahan penanganan agar mereka bukan lagi menjadi ancaman ketertiban, melainkan dapat menjadi komunitas yang mendukung kemajuan pembangunan kota khususnya. Penanganan dan sisi budaya, dengan memperlakukan gepeng dan anjal adalah bagian dan masyarakat yang berbudaya. Penanaman mental spiritual positif yang selama ini mereka abaikan menjadi salah satu cara mengembalikan tindakan normatif sebagai warga masyarakat yang berbudaya. Disamping itu, perlunya pembekalan pendidikan keterampilan bagi gepeng dan anjal sebagal bekal untuk mendapatkan penghasilan dengan bekerja atau berkarya. Cara terakhir yang dapat ditempuh yaitu dengan mengembalikan mereka ke daerah asal, dengan penanganan terpadu oleh pihak pemerintah dengan menyiapkan lapangan pekerjaan di perdesaan yang mereka tinggalkan, misalnya padat karya. Dengan cara tersebut masyarakat desa diharapkan akan tetap merasa nyaman tinggal di desa. Kedepan, diperlukan perencanaan pengelolaan sumber daya manusia yang berada diperdesaan terutama di daerah yang tandus dan kurang menjanjikan untuk dapat hidup layak.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain