Text
Urban sufisme: jalan menemukan kembali humanitas yang hilang akibat modernitas
Urban Sufism merupakan sebuah fenomena sosial yang ditandai dengan meningkatnya gairah masyarakat urban terhadap praktik-praktik sufisme, seperti dzikir secara berjamaah, istighatsah, diskusi mengenai ilmiah sufisme, dan sebagainya. Masyarakat urban, sebagai masyarakat modern yang secara langsung merasakan proses modernisasi secara cepat, tentunya yang merasakan istilah sebagai absurditas dimana manusia merasa terasing dalam dunianya sendiri. Mereka meyakini bahwa urban sufisme dapat dijadikan sebagai jalan untuk melawan absurditas tersebut dan menemukan kembali aspek humanitas yang sudah terkikis modernitas. Urban sufisme menawarkan ketenangan hati atau ketentraman jiwa bagi masyarakat urban yang setiap hari disibukkan dengan urusan pekerjaan dan bosan dengan kebisingan hirukpikuk keramaian kota. Ketertarikan mereka terhadap sufisme dilatar belakangi oleh motif-motif yang berbeda. Sehingga menimbulkan kecenderungan yang berbeda pula dalam mengikuti tren urban sufisme yang sedang marak belakangan ini. Secara umum, urban sufisme terbagi dalam dua kategori, yaitu tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Dalam kontek ke-Indonesia-an, urban sufisme dapat di petakan menjadi tiga tipologi, yaitu tasawuf sunni, tasawuf falsafi, dan tasawuf salafi. Perbedaan dalam aspek epistemology atau rancangan bangun pemikiran keagamaan menimbulkan perbedaan orientasi dalam gerakan-gerakan sufisme. Ada yang memilih jalan konvensional melalui jalur tarekat yang disebut sebagai sufisme konvensional da nada pula yang menempuh jalur non-tarekat atau disebut sebagai urban sufisme. Perbedaan antara urban sufisme dan konvensional terletak pada tiga hal: (1) geneologi dan mekanisme penetapan mursyid (2) makanisme keanggotakan (bai’at atau sumpah setiap kepada mursyid (3) praktik dan tata cara dzikir. Dalam praktik dzikir, baik urban sufisme maupun sufisme konvesional mempunai kesamaan persepsi. Artinya, dalam dzikir harus terpenuhi lima unsur, yaitu (1) kontinuitas (2) kesadaran (3) keikhlasan (4) kebersihan niat (5) tidak bertentangandenagan ritual ibadah.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain