Text
Manusia dan epistemologi pinggiran" dalam wacana sufistik Abu Zaid"
Abu Zaid merasa resah pada kondisi umat yang terjebak dalam dua wacana ekstrim yang saling bertentangan. Ada yang mendukung rasionalisme dengan mengabaikan spritualisme, juga ada yang mengusung spriritualisme seraya merupakan rasionalisme. Sebab itu, harus ada wacana yang dikemas dengan sentuhan-sentuhan rasionalisme plus spritualisme. Ia pengagum Ibn Rusyd dan sekaligus Ibn Arabi, sehinggaia menjadi titik temu antara wacana diskursif (burhani) dan intuitif (irfani). Sebagai pemikir filsafat yang Ibn Arabian dan juga pengkaji tasawuf yang Ibn Rusydian, ia memajukan ide-ide filsafati yang mempunyai semangat sufistik dan membela epistemologi sufistik dengan nuansa filosofis. Kerangka epistemologinya bertolak dari empirisme dan berujung pada spiritualisme. Epistemologinya sebagai kelanjutan dari epistemologi Ibn Rusyd-sehingga bersifat pinggiran-tetapi berevolusi ke arah garis tengah" hingga lebih populis. Kitabnya Hakazha Takallam Ibn Arabi (begitulah kata Ibn Arabi) menjadi saksi betapa ia ingin menghadiri Tasawuf sebagai sistem pengetahuan alternatif ditengah dominasi sistem-sistem pengetahuan yang dogmatik-doktrinal dan rasional positivistik. Namun
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain