Text
Pulau terisolasi atau masyarakat adat: Wacana politik dan dampaknya pada Siberut (Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat)
Dalam tulisan ini penulis mengulas interaksi di antara wacana-wacana dan tindakan -tindakan dalam pelaksanaan hukum lokal, nasional, dan internasional pada penduduk lokal dengan memfokus pada situasi di Pulau Siberut. Selama bertahun-tahun orang Mentawai telah menghadapi pengaruh-pengaruh hukum asal dari luar wilayahnya. Hal itu bermula dari administrasi kolonial Belanda, dan dilanjutkan oleh orang-orang Minangkabau yang sebagai pegawai pemerintah dan administrasi di pulau itu memiliki pengaruh yang besar atas sistem-sistem peradilan desa, dan hak-hak penduduk setempat versus pendatang. Birokrasi Indonesia melalui berbagai kementeriannya memiliki dampak yang besar atas pulau ini. Dalam kurun waktu terakhir, melalui campur tangan eksternal, kegiatan pariwisata dan pembuatan film oleh perusahaan asing, kesadaran etnis di antara orang-orang Mentawai sebagai penduduk lokal pun mulai tumbuh. Hal ini menuntut munculnya suatu bentuk 'representasi' baru di dunia luar, dan pandangan yang baru tentang tradisi-tradisi lokal. Tetapi, perolehan hak-hak kepemilikan atas sumber-sumbernya alam dan kesempatan pemasaran yang baru telah memicu terjadinya konflik internal yang serius. Tampaknya, interaksi di antara hukum internasional, nasional, dan lokal tidak hanya menciptakan kesempatan-kesempatan baru, tetapi juga menciptakan kevakuman hukum, administrasi, dan kekuasaan yang baru.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain