Text
Lessons learned from repeated financial crises: an Islamic economic perspective
Krisis keuangan telah berulang lagi dan lagi selama periode waktu yang panjang sejak runtuhnya Rezim emas pada tahun 1915, telah mereda sementara pada periode yang berdasarkan Perjanjian Bretton Woods dengan standar emas di 1950-7972, dan telah kembali muncul setelah runtuhnya Perjanjian Bretton Woods dengan frekuensi yang lebih tinggi dan besarnya. Baru-baru ini krisis subprime mortgage di AS telah menyebar di seluruh dunia mengancam krisis global. Tampaknya bahwa dunia konvensional belum benar-benar belajar dan menjadi pelajaran dan telah ditangani krisis hanya sebagian di gejala tanpa menyentuh akar penyebab krisis. Penelitian ini mencoba untuk menentukan anatomi dan akar penyebab krisis dan tata letak strategi untuk menyembuhkannya menggunakan pendekatan deskriptif dan kuantitatif analitik bawah perspektif Islam. Studi ini menyimpulkan bahwa akar penyebab krisis dari sudut pandang ekonomi Islam dapat kesalahan manusia dan fenomena alam yang tidak terkendali oleh manusia. Kesalahan manusia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) Dasawarsa moral yang memicu (2) sistem atau kelemahan konseptual dan (3) kelemahan internal. kelemahan sistem konseptual meliputi 1) kelebihan pasokan uang dari hak milik tanah, perbankan cadangan fraksional sistem, kartu kredit dan turunannya; 2) Spekulasi; 3) sistem bunga; 4) sistem moneter internasional; dan 5) sektor riil dan moneter. Hasil empiris menunjukkan bahwa riba berakar penyebab krisis keuangan (pasokan uang berlebih 2,8%, bunga tingkat 45,2%, dan nilai tukar 18,6%) memberikan 66.6% pangsa krisis keuangan di Indonesia, sementara jika kita menggantikan tiga sistem ini menurut perspektif Islam Oust uang beredar 0 7%, PLS pulang2,5%, dan mata uang global tunggal 0,2%) akan memberikan hanya 3,4% saham kepada krisis keuangan di Indonesia, atau pengurangan besar dari 63,2%.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain