Text
Peran tradisi lisan Iko-iko berbasis sastra Melayu dalam penguatan komunitas etnis Bajo
Etnis Bajo merupakan suatu komunitas berbudaya Melayu hidup secara berkelompok di berbagai wilayah pesisir pantai dan pulau terpencil di Nusantara dan Asia Tenggara. Di kawasan Barat Indonesia dan Malaysia Barat disebut orang laut, atau suku Laut. Di Malaysia Timur, Brunai Darussalam, dan philipina disebut Orang Bajau. Meskipun memiliki nama yang berbeda- beda berdasarkan geografis tempat tinggalnya, tetapi dari segi budaya memiliki persamaan khususnya proses pewarisan pengetahuan, nilai, dan keterampilan dalam bentuk penguatan komunitas melalui tradisi lisan Iko- iko, nauya (nyanyian) dan pantun. Beberapa kajian menunjukkan bahwa etnis Bajo ini berasal dari Selat Malaka, selanjutnya tersebar di kawasan Kepulauan Melayu (Malaysia, Indonesia, Brunai Darussalam, dan Philipina) akibat kedatangan imperialisme Portugis yang merebut Malaka pada tahun 1511, orang Bajo sebagai salah satu inti rakyat Kerajaan Malaka bangkit melawan imperialisme Portugis, setelah kerajaannya takluk mereka tetap melanjutkan perlawanan di laut dengan tersebar di berbagai kawasan tersebut. Pola pemukiman yang seminomaden sebagai nelayan tradisional, mengakibatkan mereka mengembangkan sistem pembelajaran asli (learning cumunitas system). Salah satu media pembelajaran yang banyak digunakan adalah iko- iko (cerita kepahlawanan), jenis tradisi lisan ini terancam punah karena kurang diminati generasi muda, umumnya mereka yang bisa mengisahkannya berusia sekitar 50 tahun ke atas. Tradisi sastra iko-iko berperan menyampaikan pesan moral dan semangat juang yang dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi, berkisah tentang kepahlawanan dan dibawakan selama beberapa jam yang dinyanyikan menjelang tidur dan atau saat dalam pelayaran. Ciri khas iko- iko adalah lirik dan baitnya secara teratur yang mencerminkan sastra Melayu, sehingga persebaran etnis Bajo dengan sastra iko- iko ikut menyebarkan Budaya Melayu ke Asia Tenggara, yang kelak menjadi perekat persatuan Nusantara dan Asia Tenggara. Generasi muda Bajo sekarang kurang tertarik mewarisis iko- iko yang memiliki banyak versi dan judul kisah, maka untuk menjaga kelestariannya, perlu pendokumentasian dan transliterasi untuk selanjutnya diterbitkan menjadi buku dan artikel ilmiah.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain