Text
Pengaruh fermentasi terhadap citarasa kopi luwak probiotik
Semakin tingginya permintaan akan kopi luwak, menyebabkan produksinya tidak bisa hanya mengharapkan hewan luwak liar maupun luwak budidaya. Salah satu alternatif adalah penggunaan mikroba probiotik yang hidup pada saluran pencernaan hewan luwak yang dapat menghasilkan kopi terfermentasi dengan citaras dan aroma yang khas. Penelitian produksi kopi luwak probiotik Robusta secara mikrobiologis untuk mendapatkan kualitas citarasa terbaik telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dari bulan Maret hingga Desember 2012. Tujuan penelitian adalah mendapatkan teknik periode fermentasi probiotik yang tepat dalam menghasilkan kualitas citarasa dan aroma kopi Robusta yang mendekati kualitas kopi luwak Robusta asli. Fermentasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu (1) fermentasi dilakukan dengan mikroba probiotik yang diisolasi dari intestum tenue (usus halus) luwak dan (2) fermentasi dilakukan dengan mikroba probiotik yang diisolasi dari caecum (usus buntu) luwak. Perlakuan yang diuji adalah P1= fermentasi tahap I selama 4 hari dan tahap II selama 4 hari, P2= fermentasi tahap I selama 5 hari dan tahap II selama 5 hari, P3= fermentasi tahap I selama 6 hari dan tahap II selama 6 hari, P4= fermentasi tahap I selama 7 hari dan tahap II selama 7 hari, dan sebagai perbandingan P5= biji kopi luwak Robusta asli dari pembudidaya luwak. Hasil penelitian mendapatkan bahwa produksi kopi luwak secara probiotik merupakan cara pembuatan kopi luwak yang jauh lebih praktis daripada produksi kopi luwak melalui budidaya luwak. Kopi luwak probiotik Robusta yang mempunyai citarasa terbaik diperoleh pada perlakuan P3 dengan total skor citarasa 79,92, dengan citarasa yang sedikit lebih baik dibandingkan kopi luwak Robusta asli.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain