Kajian ini membahas pandangan dan peran Setiati Surasto terhadap perbaikan nasib buruh perempuan pada tahun 1940an sampai 1960an. Kajian ini bermula dari diskriminasi yang dilakukan oleh perusahaan tau majikan terhadap buruh perempuan karena mereka selau dianggap sebagai tenaga kerja murah dari amsa ke masa.
Kajian ini membahas peran diplomatik Indonesia dalam mengupayakan pelaksanaan Konfrensi Asia Afrika (KAA) kedua pada 1965 di Aljazair. Kajian ini dilatarbelakangi oleh terebatasnya histrografi yang menyoroti peran sentral Indonseia dalam mendorong pelaksanaan KAA kedua.
Sumber daya manusia (sdm) Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara maju terutama dalam hal reputasi global di bidang riset dan novasi. Sejak merdeka belum ada satupun peraih Nobel dari Indonesia.
Dalam perjalan sejarah Indonesia, terdapat beberapa tokoh diplomat ulung yang menorehkan prestasi, sperti Soebandrio. Kemudian perlu disadrai bahwa keberhasilan Soebandrio dalam menghubungkan Indonesia dengan dunia luar melalui london dan Moskow, Hinggap erannnya dalam berbagai misi penting negara tidak dapat dilepaskan dari peran istrinya, Hurustiati Soebandrio.